My Lovely Chibi
Mei 2011,
Pacarku, Gigih Restu Primuaji memberiku hadiah tak ternilai harganya dalam
hidupku hingga saat ini, yaitu Kus kus mini Ambon. Ia lucuuu sekali, matanya
yang bulat, tatapannya yang polos, jemarinya yang mungil bak bayi kecil, suaranya
yang cempreng, bulunya yang halus, dan bentuknya yang lucu (karena kalau sedang
tidur ia akan ngelungker sepei bola bulu). Bahkan pada saat ia tidurpun justru
lebih menggemaskan. Karena tubuhnya yang mungil aku memberi nama dia “CHIBI”,
dalam bahasa Jepang artinya Kecil atau Mungil.
Aku memperlakukannya
seperti anakku sendiri, karena Pacarku memberikan Chibi padaku sebagai suatu
komitmen untuk belajar menjadi orang tua yang baik. Lebay sih memang
kedengarannya, mengingat kami baru pacaran, tapi Ia serius mengatakannya
padaku. Mungkin ia ingin melihat apakah aku nanti sanggup menjalani peran
sebagai Ibu yang sibuk dengan pekerjaannya. Dan juga Pacarku tidak ingin aku
kesepian. Maklum kami berhubungan jarak jauh, jadi Chibi sebagai pengganti
dirinya.
Benar saja, aku
kelewat jatuh cinta pada Chibi. Aku rela menghabiskan uang ratusan ribu untuk
keperluannya. Untuk makanan dan perawatannya sangat murah, tidak sampai 20 ribu
per bulan. Namun, yang mahal jika ia sakit, kami harus membawanya ke rumah
sakit. Tapi bodo amat, jika dia memang sudah menjadi anakku, uang bukanlah
ukurannya. Meskipun ia hanyalah hewan kecil. Aku membelikannya susu yang
terbaik untuknya, makanan terbaik, dan pengobatan terbaik. Dia memiliki dokter
pribadi yang selalu siaga ketika ia sakit. Aku menjaganya bagai anakku sendiri.
Semua itu tidak
aku lakukan sendiri,aku sebagai bundanya dan pacarku sebagai ayahnya, turun
tangan untuk menjaganya. Kami berdua sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Tak
jarang kami berdua membawanya jalan-jalan ke mall, keliling komplek,
jalan-jalan dengan sepeda, bahkan saat membeli makanannya di tempat langganan. Aku,
pacarku, papa, mama, adek ku sangat menyayanginya. Karena dia sama sekali tidak
rewel, merawatnya gampang, super duper lucu, dan kata dokter dia SAMA SEKALI
minim untuk menyebabkan dan menyebarkan virus, tidak seperti anjing, kucing,
hamster, kelinci, atau yang lainnya. Jadi snagatlah sempurna jika Chibi hadir
di keluarga kami.
Aku udah ada
firasat ngga enak dari pagi. Entah kenapa aku jadi super duper malas untuk
berangkat kuliah. Rasanya ada yang sesuatu yang mau aku kerjain tapi lupa. Biasanya
tiap pagi sebelum berangkat aku menggendong Chibi dan menciumnya. Morning Kiss
untuknya adalah ritua pagiku. Tapi hari ini pikiranku serasa kosong, aku
melakukan sesuatupun tak jelas juntrungannya. Seperti ada sesuatu yang kurang.
Jam 10 teng aku
berangkat ke kampus untuk kuliah Sistem Hukum Indonesia. Padahal kelas dimulai
jam 10, tapi aku baru berangkat jam 10 pagi. Sesuatu yang tidak biasa. Di kelaspun
aku tidak begitu memperhatikan Dosen yang cukup uzur, maklum beliau sudah berumur
80 tahun lebih. Aku hanya memainkan hapeku, utak-utik Instagram, dan Chat
WhatsApp dengan pacarku. Pulang kuliah aku memutuskan untuk ketempat Budeku
untuk urusan sesuatu.. tetapi sesampainya disana beliau tidak ada. Pacarku dan
adikku bolak balik menelfonku untuk segera ketempat dokter, karena memang pagi
ini adalah jadwal suntik dia yang ke dua. Untuk menguatkan otot pada tubuhnya,
karena beberapa bulan akhir ini ia agak lumpuh karena stress saat rumah kami
renovasi.
Sesampainya di
rumah aku capek sekali, jadi aku leyeh-leyeh di kursi, biasanya aku langsung
melihat anak kesayanganku itu dan memeluknya. Tidak lama kemudian mama dan
adikku duduk di ruang tegah dan menceritakan kegiatan di dokter tadi. Mama bercerita
dengan tenang pada awalnya. Beliau cerita kalau tadi adek yang membawa dia
untuk suntik rutin di drh.Heru. katanya Chibi udah aktif, sehat, bahkan di sana
ia bermain dengan adikku lincah sekali. Namun saking lincahnya, ia tiba-tiba
oleng dan jatuh ke lantai. Chibi shock berat. Karena kata dokter, Chibi itu jenis
hewan yang jantungnya kecil jadi jika dia shock ato kaget, dia bisa sakit. Benar
saja di sana ia langsung lemas dan hanya dia. Lalu adikku membawanya pulang
setelah dokter menyatakan Chibi tidak apa-apa. Ternyata sesampainya di rumah,
Chibi kejang-kejang dan setelah itu lemas. Adikku dan mamaku langsung
membawanya ke dokter lagi. Ternyata kata dokter sudah tidak ada harapan, karena
lidahnya sudah keluar. Dan tepat pada pukul 12:30 Chibi udah ngga ada.
Lemas sekali
rasanya mendengar ternyata Chibi udah ngga ada, aku langsung meletakkan pastel
yang baru saja aku makan, dan loncat dari kursi buru-buru menghampiri Chibi
yang terbujur kaku di tas travellingnya. Aku langsung memeluknya dan air mataku
langsung tumpah berkali-kali menciumnya. Aku tidak sanggup untuk kehilangan
dirinya. Umurnya masih muda, 13,5 bulan. Ia baru bisa masa kawin ketika ia umur
15 bulan keatas. Bahkan aku berencana untuk mencarikannya pasangan, dan
mencarinya besok minggu pada saat aku libur. Kakiku lemas, aku terduduk
menangis sambil memeluknya. Tidak lama kemudian pacarku menelfon sambil
menangis. Ternyata ia sudah tahu tentang kepergian Chibi. Justru sejak Chibi
jatuh, adek sudah berkomunikasi dengan Pacarku. Takut terjadi apa-apa. Karena keluargaku
memang tahu bahwa Chibi adalah tanggung jawabku dan Pacarku. Kami berdua tak kuasa menahan air mata yang tumpah
karena kepergian Chibi.
Ketika ia menutup
matapun, ia tetap saja lucu seperti biasanya. Ia seperti sedang tidur. Pacarku
bilang, aku harus kuat, Chibi ngga mau melihat kami menangis untuknya. Dia sudah
tenang di sana. Aku mengiyakannya. Karena banyak yang bilang aku cukup hebat
untuk merawatnya hingga 1 tahun lebih, karena Chibi jenis yang agak rawan
stress dan gampang mati. Tapi karena aku menjaganya penuh cinta, jadi tidak
mungkin ia mati karena stress. Dan itu terbukti sekarang. Ia pergi karena
kecelakaan, bukan karena aku tidak bisa merawatnya. Hal itu membuat mendorongku
untuk ikhlas akan kepergiannya.
Chibi sayang,
terimakasih ya nak sudah hadir di hidup Ayah dan Bunda, kami sayang dan bangga
padamu nak, cinta kami tidak akan pernah hilang untukmu. Meskipun orang lain
mengatakan kamu hanyalah seekor hewan biasa, tapi buat kami kamu adalah anak
kami, ptra kami, yang juga makhluk ciptaan Allah swt yang memiliki jiwa,pikiran
dan perasaan. Yang mana jika dirawat penuh cinta akan menghasilkan yang
terindah. Semoga di surga nanti, Ayah sama Bunda bisa ketemu Chibi ya. Kami sayang
sekali padamu. Love u sayang.
“21 April 2012, 12:30, R.I.P Chibi Primuaji”
Bahkan saat matipun dia kayak bobo :'( ngangenin |
Tetep eksis pake pintanya, padahal dia cowo loh |