My Lovely Chibi

April 21, 2012 0 Comments A+ a-


Mei 2011, Pacarku, Gigih Restu Primuaji memberiku hadiah tak ternilai harganya dalam hidupku hingga saat ini, yaitu Kus kus mini Ambon. Ia lucuuu sekali, matanya yang bulat, tatapannya yang polos, jemarinya yang mungil bak bayi kecil, suaranya yang cempreng, bulunya yang halus, dan bentuknya yang lucu (karena kalau sedang tidur ia akan ngelungker sepei bola bulu). Bahkan pada saat ia tidurpun justru lebih menggemaskan. Karena tubuhnya yang mungil aku memberi nama dia “CHIBI”, dalam bahasa Jepang artinya Kecil atau Mungil.
Aku memperlakukannya seperti anakku sendiri, karena Pacarku memberikan Chibi padaku sebagai suatu komitmen untuk belajar menjadi orang tua yang baik. Lebay sih memang kedengarannya, mengingat kami baru pacaran, tapi Ia serius mengatakannya padaku. Mungkin ia ingin melihat apakah aku nanti sanggup menjalani peran sebagai Ibu yang sibuk dengan pekerjaannya. Dan juga Pacarku tidak ingin aku kesepian. Maklum kami berhubungan jarak jauh, jadi Chibi sebagai pengganti dirinya.
Benar saja, aku kelewat jatuh cinta pada Chibi. Aku rela menghabiskan uang ratusan ribu untuk keperluannya. Untuk makanan dan perawatannya sangat murah, tidak sampai 20 ribu per bulan. Namun, yang mahal jika ia sakit, kami harus membawanya ke rumah sakit. Tapi bodo amat, jika dia memang sudah menjadi anakku, uang bukanlah ukurannya. Meskipun ia hanyalah hewan kecil. Aku membelikannya susu yang terbaik untuknya, makanan terbaik, dan pengobatan terbaik. Dia memiliki dokter pribadi yang selalu siaga ketika ia sakit. Aku menjaganya bagai anakku sendiri.
Semua itu tidak aku lakukan sendiri,aku sebagai bundanya dan pacarku sebagai ayahnya, turun tangan untuk menjaganya. Kami berdua sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Tak jarang kami berdua membawanya jalan-jalan ke mall, keliling komplek, jalan-jalan dengan sepeda, bahkan saat membeli makanannya di tempat langganan. Aku, pacarku, papa, mama, adek ku sangat menyayanginya. Karena dia sama sekali tidak rewel, merawatnya gampang, super duper lucu, dan kata dokter dia SAMA SEKALI minim untuk menyebabkan dan menyebarkan virus, tidak seperti anjing, kucing, hamster, kelinci, atau yang lainnya. Jadi snagatlah sempurna jika Chibi hadir di keluarga kami.
Aku udah ada firasat ngga enak dari pagi. Entah kenapa aku jadi super duper malas untuk berangkat kuliah. Rasanya ada yang sesuatu yang mau aku kerjain tapi lupa. Biasanya tiap pagi sebelum berangkat aku menggendong Chibi dan menciumnya. Morning Kiss untuknya adalah ritua pagiku. Tapi hari ini pikiranku serasa kosong, aku melakukan sesuatupun tak jelas juntrungannya. Seperti ada sesuatu yang kurang.
Jam 10 teng aku berangkat ke kampus untuk kuliah Sistem Hukum Indonesia. Padahal kelas dimulai jam 10, tapi aku baru berangkat jam 10 pagi. Sesuatu yang tidak biasa. Di kelaspun aku tidak begitu memperhatikan Dosen yang cukup uzur, maklum beliau sudah berumur 80 tahun lebih. Aku hanya memainkan hapeku, utak-utik Instagram, dan Chat WhatsApp dengan pacarku. Pulang kuliah aku memutuskan untuk ketempat Budeku untuk urusan sesuatu.. tetapi sesampainya disana beliau tidak ada. Pacarku dan adikku bolak balik menelfonku untuk segera ketempat dokter, karena memang pagi ini adalah jadwal suntik dia yang ke dua. Untuk menguatkan otot pada tubuhnya, karena beberapa bulan akhir ini ia agak lumpuh karena stress saat rumah kami renovasi.
Sesampainya di rumah aku capek sekali, jadi aku leyeh-leyeh di kursi, biasanya aku langsung melihat anak kesayanganku itu dan memeluknya. Tidak lama kemudian mama dan adikku duduk di ruang tegah dan menceritakan kegiatan di dokter tadi. Mama bercerita dengan tenang pada awalnya. Beliau cerita kalau tadi adek yang membawa dia untuk suntik rutin di drh.Heru. katanya Chibi udah aktif, sehat, bahkan di sana ia bermain dengan adikku lincah sekali. Namun saking lincahnya, ia tiba-tiba oleng dan jatuh ke lantai. Chibi shock berat. Karena kata dokter, Chibi itu jenis hewan yang jantungnya kecil jadi jika dia shock ato kaget, dia bisa sakit. Benar saja di sana ia langsung lemas dan hanya dia. Lalu adikku membawanya pulang setelah dokter menyatakan Chibi tidak apa-apa. Ternyata sesampainya di rumah, Chibi kejang-kejang dan setelah itu lemas. Adikku dan mamaku langsung membawanya ke dokter lagi. Ternyata kata dokter sudah tidak ada harapan, karena lidahnya sudah keluar. Dan tepat pada pukul 12:30 Chibi udah ngga ada.
Lemas sekali rasanya mendengar ternyata Chibi udah ngga ada, aku langsung meletakkan pastel yang baru saja aku makan, dan loncat dari kursi buru-buru menghampiri Chibi yang terbujur kaku di tas travellingnya. Aku langsung memeluknya dan air mataku langsung tumpah berkali-kali menciumnya. Aku tidak sanggup untuk kehilangan dirinya. Umurnya masih muda, 13,5 bulan. Ia baru bisa masa kawin ketika ia umur 15 bulan keatas. Bahkan aku berencana untuk mencarikannya pasangan, dan mencarinya besok minggu pada saat aku libur. Kakiku lemas, aku terduduk menangis sambil memeluknya. Tidak lama kemudian pacarku menelfon sambil menangis. Ternyata ia sudah tahu tentang kepergian Chibi. Justru sejak Chibi jatuh, adek sudah berkomunikasi dengan Pacarku. Takut terjadi apa-apa. Karena keluargaku memang tahu bahwa Chibi adalah tanggung jawabku dan Pacarku.  Kami berdua tak kuasa menahan air mata yang tumpah karena kepergian Chibi.
Ketika ia menutup matapun, ia tetap saja lucu seperti biasanya. Ia seperti sedang tidur. Pacarku bilang, aku harus kuat, Chibi ngga mau melihat kami menangis untuknya. Dia sudah tenang di sana. Aku mengiyakannya. Karena banyak yang bilang aku cukup hebat untuk merawatnya hingga 1 tahun lebih, karena Chibi jenis yang agak rawan stress dan gampang mati. Tapi karena aku menjaganya penuh cinta, jadi tidak mungkin ia mati karena stress. Dan itu terbukti sekarang. Ia pergi karena kecelakaan, bukan karena aku tidak bisa merawatnya. Hal itu membuat mendorongku untuk ikhlas akan kepergiannya.
Chibi sayang, terimakasih ya nak sudah hadir di hidup Ayah dan Bunda, kami sayang dan bangga padamu nak, cinta kami tidak akan pernah hilang untukmu. Meskipun orang lain mengatakan kamu hanyalah seekor hewan biasa, tapi buat kami kamu adalah anak kami, ptra kami, yang juga makhluk ciptaan Allah swt yang memiliki jiwa,pikiran dan perasaan. Yang mana jika dirawat penuh cinta akan menghasilkan yang terindah. Semoga di surga nanti, Ayah sama Bunda bisa ketemu Chibi ya. Kami sayang sekali padamu. Love u sayang.

“21 April 2012, 12:30, R.I.P Chibi Primuaji”

Bahkan saat matipun dia kayak bobo :'(
ngangenin

Tetep eksis pake pintanya, padahal dia cowo loh
Jadi Objek Foto buat tugas kuliah

Pas di rumah sakit